Saturday, June 09, 2007

Membuka Isolasi Daerah Terpencil

REPUBLIKA - Sabtu, 09 Juni 2007

Belum lama ini, tanah longsor melanda Desa Lamba Leda, Kab Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam hitungan menit, informasi bencana alam ini cepat tersebar hingga Kupang, ibu kota Provinsi NTT. Cepatnya persebaran informasi, tentu saja memudahkan aparat setempat mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
NTT tercatat sebagai salah satu provinsi rawan bencana di Indonesia. Provinsi ini memiliki banyak pulau, daerah terpencil, dan kawasan terisolasi. Dalam banyak kasus, satu bencana sering terlambat ditangani, karena lambatnya informasi yang sampai ke tangan pemerintah atau instansi terkait. Dengar saja cerita Hyeron Modo, seorang warga Manggarai.
''Sebelumnya bencana seperti ini baru diketahui dua hari atau tiga hari kemudian,'' kata Modo. Bisa dibayangkan dampak yang timbul akibat keterlambatan tersebut. Namun, ketersediaan akses seluler hingga ibu kota kecamatan di NTT, disebut Modo akan memberi banyak kontribusi bagi daerah ini. Minimal, orang akan mudah berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Modo yang tinggal di Desa Mukun, Kec Komba, Manggarai, itu merasakan bagaimana sulitnya berkomunikasi. ''Untuk bisa menelepon, saya harus ke Ruteng (ibu kota Kab Manggarai),'' tutur dia. Untuk pergi ke Ruteng ia harus menumpang angkutan umum, karena jaraknya mencapai 50 kilometer. Perlu waktu lebih dari satu jam dan ongkos puluhan ribu rupiah untuk sekadar mendapatkan wartel. Padahal biaya telepon, seringkali tidak sampai Rp 10 ribu.
Ia mengaku tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan penduduk yang tinggal di pulau-pulau kecil, ketika tengah malam ia harus menyampaikan pesan kepada keluarganya. Untuk mencapai wartel membutuhkan perjuangan tersendiri, ''Belum tentu sampai wartel ia bisa menelepon. Karena wartel yang dituju tutup,'' ujar Modo.
Kini, mereka tak lagi perlu merasakan kesulitan seperti itu. Telkomsel telah menyediakan layanan komunikasi untuk mereka. Tak hanya Modo yang bangga dengan tersedianya layanan tersebut. Gubernur NTT, Piet Tallo, tak mampu menyembunyikan kegembiraannya. ''Sudah sejak 1998 saya melakukan koordinasi dengan Telkomsel. Bagaimana caranya agar saya bisa berkomunikasi langsung dengan para camat di NTT,'' kata Piet Tallo saat memberikan sambutan peresmian layanan Telkomsel di seluruh ibu kota kecamatan (IKC) NTT, Kamis (31/5), di Kupang.
Piet Tallo mengaku, sebagai gubernur ada kebutuhan untuk berkomunikasi intens dengan para kepala daerah maupun para kepala wilayah seperti camat. Ini dimungkinkan jika tersedia layanan seluler di ibu kota kecamatan. Melalui komunikasi ia mengetahui kondisi di daerah atau wilayah, bisa cepat menerima masukan termasuk menyampaikan kebijakan secara langsung. Rupanya, Piet Tallo harus menunggu lama untuk bisa mewujudkan keinginannya itu.
Tak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemerintahan, Piet Tallo menilai telekomunikasi akan mampu membuka keterpencilan atau keterisoliasian NTT. Dia mengakui NTT masih terisolir baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial. Ia juga mengaku gerah dengan berbagai stigma negatif terhadap masyarakat NTT. Komunikasi, disebut Piet Tallo, akan mampu membuka isolasi fisik dan ekonomi. Ia juga akan mampu membuka isolasi sosial. Isolasi sosial yang terbuka akan menawarkan peningkatan martabat, kepribadian, sekaligus karakter seseorang.
Bambang membenarkan pandangan gubernur. Ia melukiskan kehadiran seluler telah menjadi prime over bagi pembangunan daerah. ''Komunikasi ikut memacu percepatan pembangunan dan pertumbuhan daerah,'' ujar dia. Pada sisi lain ia menawarkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang baru. Ketersediaan akses di satu kecamatan, membuka peluang berusaha puluhan orang untuk berjualan kartu perdana dan isi ulang, belum lagi usaha pendukung seperti penjualan ponsel baru dan bekas, aksesori ponsel, dan sebagainya. Tak kalah pentingnya adalah membuka isolasi di daerah.
Adalagi kepala daerah yang memiliki pandangan yang sama dengan Piet. Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf, menilai keberadaan seluler dan teknologi baru seperti 3G akan membantu mempercepat realisasi Aceh sebagai provinsi saiber. Provinsi saiber dikembangkan Aceh untuk mempercepat pembangunan dan pertumbuhan di wilayah ini pascatsunami, sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar sejajar dengan daerah lain.
Seperti di daerah lain, kehadiran seluler telah membuka peluang usaha dan peluang kerja di Aceh. Jangan kaget jika toko voucer/ponsel jauh lebih banyak dibandingkan dengan toko kelontong. Seluler juga memengaruhi 'irama' kehidupan di Aceh. Jangan kaget jika di tengah malam, Anda menjumpai banyak toko voucer masih buka di Banda Aceh.
Sementara di Bima, NTB, toko-toko yang biasanya tutup pada siang hari, banyak yang kemudian buka sepanjang hari. Rupanya, toko-toko ini 'malu' dengan toko voucer di sampingnya yang buka sepanjang hari, bahkan hingga malam hari. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar, di manapun masyarakat berada. Di hulu atau hilir Sungai Mahakam atau Kahayan, kehadiran toko voucer di tepi sungai menjadi pemandangan biasa. Tak kalah menariknya adalah kios voucer di Motaain, Tasifeto Timur, Lakmanen, atau Kobalima yang ada di Kabupaten Belu, NTT.
Di dekat pos perbatasan Motaain saja, konon ada sembilan kios voucer. Untuk siapa kios-kios voucer yang ada di daerah perbatasan dengan Timor Leste ini? Jangan-jangan warga perbatasan Timor Leste yang memanfaatkannya. tar

0 comments: