Saturday, June 09, 2007

Sumber energi: Mikrohidro Diminati di Wilayah Indonesia Bagian Timur

KOMPAS - Sabtu, 09 Juni 2007

Jakarta, kompas - Pembangkit listrik mikrohidro mulai diminati oleh pemerintah daerah di wilayah Indonesia bagian timur. Sumber energi yang mengandalkan debit air dan ketinggian jatuhnya air pada sungai ini diharapkan bisa menjawab ketersediaan energi di daerah bagian timur Indonesia, terutama yang hingga kini belum teraliri oleh perusahaan listrik negara.
Kepala Bidang Kerja Sama Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Arie Sudaryanto di Jakarta, Jumat (8/6), mengatakan, sejak tahun 2005 LIPI telah merintis pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) di Tanete, Desa Lebani, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Energi listrik yang dihasilkan sebesar 30 kilowatt dan mampu memfasilitasi listrik 24 jam kepada 100 keluarga. "Setelah LIPI berhasil membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro bersama-sama dengan pemerintah kabupaten, mereka belajar merencanakan dan mengonstruksinya sendiri. Mereka kemudian membangun empat unit PLTM, yaitu di Bungin, Potokulin, Baraka, dan Palakka Maiwa. Kini, Kabupaten Enrekang akan dicanangkan sebagai pusat pengembangan dan pelatihan PLTM di kawasan Indonesia bagian timur," ujar Arie.
Selain Enrekang, daerah lain yang tertarik untuk mengembangkan PLTM adalah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). "LIPI sudah diminta mengembangkan PLTM di sana. Dan, sudah ada lima titik yang potensial untuk dibangun, yaitu di Weboot di Kecamatan Raihat, Lahurus di Kecamatan Lasiolat, dan di Kecamatan Lamaknen terdapat tiga titik potensial. Tahun ini, satu PLTM di Weboot dengan daya 20 kilowatt mulai dibangun," kata Arie.
Di samping bersifat terbarukan, yaitu dengan memanfaatkan aliran air serta debit dan ketinggian jatuhnya air pada sungai kecil, PLTM juga bisa dikerjakan secara swakelola oleh masyarakat. "Di Enrekang, listrik dikelola oleh kelompok masyarakat setempat: dari mulai organisasi, pembayaran bulanan penyambungan baru, pemeliharaan jaringan, pemeliharaan turbin, hingga konstruksi sipil," ujarnya.
Jika dikerjakan secara swakelola, dana yang dibutuhkan untuk membangun PLTM sekitar Rp 30 juta per kilowatt.
Selain LIPI, menurut Arie, sejumlah LSM juga mulai gencar membangun PLTM. "Salah satunya adalah Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka) di Sukabumi yang dipimpin oleh Tri Mumpuni. Mereka sudah mengembangkan PLTM di 50 tempat dan kami kira ini perkembangan positif di tengah defisit listrik yang melanda wilayah Indonesia," ujarnya. (AIK)

0 comments: