koran tempo - Kamis, 21 Juni 2007
"Jusuf Kalla bukan tuan di Golkar."
MEDAN -- Partai Golkar dinilai sedang bersiap-siap menantang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pemilu 2009.
Golkar kemarin mendeklarasikan rencana koalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Medan, Sumatera Utara. "Ini langkah politik menjajaki apakah SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) akan berkoalisi dengan Golkar atau dengan PDIP," kata Direktur Lembaga Survei Indonesia Syaiful Mujani mengomentari rencana koalisi itu.
Dia menambahkan, jika Yudhoyono tidak tertarik berkoalisi dengan Golkar, partai tersebut akan mengajukan kandidatnya menjadi calon presiden. "Ini upaya Golkar memberikan warning kepada SBY dan Demokrat."
Sedangkan bagi PDIP, manuver Medan juga merupakan strategi menghadapi Yudhoyono. Menurut Mujani, jika PDIP berkoalisi dengan Golkar, basisnya akan sangat kuat dalam mencalonkan presiden. Sebab, dalam undang-undang partai politik yang baru, partai yang hendak mencalonkan presiden minimal harus memiliki 20 persen suara dalam pemilihan umum legislatif 2009.
Pertemuan pengurus teras dua partai besar tersebut berlangsung di Tiara Convention Hall, Medan. Dari PDIP, hadir antara lain Taufiq Kiemas, Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, dan Panda Nababan. Sedangkan dari Golkar, tampak Surya Paloh, Soemarsono, Syamsul Muarif, dan Priyo Budi Santoso.
Acara berlangsung semarak karena dihadiri ribuan kader kedua partai dari berbagai daerah, seperti Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, dan Yogyakarta.
Saat berpidato, Taufiq Kiemas menegaskan bahwa Golkar dan PDIP memiliki kesamaan dalam memandang keutuhan Indonesia, dan terbuka peluang bersama-sama dalam mengambil sikap. "Maksudnya, baik Golkar maupun PDI Perjuangan sama-sama resah atas arah politik Indonesia yang semakin mengancam keutuhan negara."
Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh pada kesempatan itu lebih banyak memuji sikap PDIP dalam mengambil jarak dengan pemerintah Yudhoyono.
Menurut Soemarsono, yang menjabat Sekretaris Jenderal Partai Golkar, tidak tertutup kemungkinan kedua partai akan berkoalisi. "Golkar tak menutup pintu bekerja sama dengan partai lain."
Menanggapi rencana koalisi dua partai besar tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengaku tak terkejut. Menurut dia, barisan Golkar yang datang dalam pertemuan adalah orang-orang Akbar Tandjung.
"Mereka tidak akan menggoyang SBY sepulang dari Medan. Priyo (Priyo Budi Santoso) akan bertemu dengan saya untuk memberikan laporan," ujar Mubarok.
Dia justru melihat orang-orang Golkar tidak kompak. Buktinya, Akbar Tandjung, yang memiliki pengaruh di Golkar, kini menjadi Ketua Dewan Pembina Barisan Rakyat Indonesia, organisasi onderbouw Partai Demokrat.
"Jusuf Kalla bukan tuan di Golkar. JK itu ketemu di jalan. Selalu ada forum yang tidak dihadiri JK," kata Mubarok.
Pertemuan itu, katanya, hanya untuk menaikkan posisi tawar Golkar di mata Yudhoyono dan Partai Demokrat. "Kami belum melihat ada tokoh yang menyaingi SBY dalam Pemilu 2009."
SAHAT SIMATUPANG PRAMONO PRAMONO BADRIAH
_________________________________________________________________
'Pacaran' ala Dua Partai
Golkar dan PDI Perjuangan bak remaja yang sedang berpacaran: gampang pisah dan gampang rujuk. Kedua partai besar ini mengusung ideologi yang mirip, yakni nasionalisme dan menjaring semua kelas masyarakat, sehingga tidak susah menyatu. Tapi "sejoli" ini kerap saling sikut demi berebut kekuasaan sehingga perpisahan beberapa kali terjadi.
1999Pisah
Golkar, bersama partai Islam yang tergabung dalam Poros Tengah, mendukung Abdurrahman Wahid menjadi presiden dalam sidang umum MPR, mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang diusung PDI Perjuangan.
2001Rujuk
Golkar dan PDIP mendukung pencopotan Abdurrahman Wahid dari kursi presiden. Dalam kabinet Megawati Soekarnoputri, yang menggantikan Abdurrahman, Golkar mendapat tiga kursi di kabinet.
Juli 2004Rujuk
Golkar mendukung calon dari PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, dalam pemilihan presiden babak kedua setelah calon mereka, Wiranto-Salahuddin Wahid, kalah.
Setelah Mega-Hasyim kalah, Golkar bersama PDIP, Partai Bintang Reformasi, dan Partai Damai Sejahtera membentuk kelompok oposisi Koalisi Kebangsaan. "Koalisi Kebangsaan akan menjadi kekuatan penyeimbang bagi pemerintah," kata Akbar.
Desember 2004Pisah
Golkar menggembosi kelompok oposisi Koalisi Kebangsaan dengan mendukung Susilo Bambang Yudhoyono. Itu terjadi setelah Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung digantikan oleh Jusuf Kalla, yang juga wakil presiden. Orang Golkar terus bertambah di kabinet, tapi PDI Perjuangan tidak memiliki menteri.
Juni 2007Rujuk?
Para petinggi Golkar dan PDI Perjuangan bertemu di Medan. Kabar mereka membentuk koalisi pun santer.
Partai Besar
PDI Perjuangan dan Golkar adalah partai besar. Dalam dua kali pemilihan umum, mereka selalu dominan. Pada 1999, PDIP menang, Golkar nomor dua. Pada 2004, keadaan berbalik, Golkar menang, PDIP nomor dua.
PDI Perjuangan
1999 - 153 kursi (33,1 persen dari total 462 kursi)
2004 - 109 kursi (19,8 persen dari total 550 kursi)
Golkar
1999 - 120 kursi (26,0 persen dari total 462 kursi)
2004 - 128 kursi (23,7 persen dari total 550 kursi)
Thursday, June 21, 2007
Golkar Siap Tantang Yudhoyono
Posted by RaharjoSugengUtomo at 12:15 PM
Labels: HeadlineNews:KoranTempo
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment