Saturday, May 26, 2007

Bank Indonesia siapkan skenario bank jangkar; Tujuh bank menyerah

BISNIS - Sabtu, 26/05/2007

NUSA DUA, Bali: Menjelang tenggat ketentuan modal minimum Rp80 miliar akhir tahun ini, tujuh bank telah menyatakan tidak sanggup memperoleh suntikan modal. Bank Indonesia mempersiapkan skenario bank jangkar untuk menghindari pembatasan usaha. Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Fadjrijah pada acara Rapat Pengurus Pleno I Perbanas periode 2006-2009 kemarin menjelaskan?? berdasarkan assessment yang dilakukan terhadap bank terhadap program pemenuhan modal, terdapat 30 bank dengan modal inti di bawah Rp80 miliar. Bank-bank ini dibagi menjadi empat kelompok. Dia menambahkan kelompok pertama terdiri 10-11 bank dinamakan most likely yang berarti pemegang saham pengendali siap menyetor modal. Artinya, pemilik bank tidak ingin menjadi bank yang terbatas dan mampu memenuhi ketentuan modal ini. Kelompok kedua disebut likely, yakni golongan bank yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan modal inti dan besaran modalnya mendekati Rp80 miliar."Kelompok ketiga, unlikely, yaitu bank yang sifatnya abu-abu. Kalau investor tidak jadi masuk, maka pemegang saham pengendali akan setor. Ini ada sembilan bank. Yang terakhir kelompok most unlikely, yang sudah menyatakan tidak sanggup, jumlahnya tujuh bank. Sudah lempar handuk," jelasnya.Namun, pada acara di Nusa Dua itu, Fadjrijah tidak merinci nama bank yang sudah mengaku menyerah kepada Bank Indonesia. Dia hanya menjelaskan untuk kelompok ketiga dan keempat tetap masih diupayakan untuk menambah modal. "Ibarat orang masuk toko, ada yang beli, ada yang sekadar melihat-lihat." Batasi operasiBerdasarkan ketentuan, batas akhir pemenuhan modal minimum bank Rp80 miliar pada akhir tahun ini dan Rp100 miliar pada akhir 2010. Bila gagal, BI akan menetapkan lembaga keuangan bersangkutan sebagai bank dengan operasi terbatas.Berdasarkan catatan Bisnis, sepanjang 2006 yang dianggap sebagai momentum penambahan modal, tak banyak bank yang melakukannya. Bahkan sembilan bank?? mengalami penurunan modal inti. Kesembilan bank itu adalah Bank Swaguna, Bank Alfindo, Bank Peryarikatan Indonesia, Bank Jasa Arta, Bank IFI, Bank Prima Master, Bank Sri Partha, Bank Eksekutif International, dan Bank of America. Untuk lembaga keuangan yang disebut terakhir, dipastikan tidak terikat ketentuan modal minimal Rp80 miliar akhir tahun ini mengingat statusnya sebagai bank asing.Sementara itu, Bank Swaguna, kendati modal intinya amblas 90,04% hingga Rp2,14 miliar, kemungkinan besar selamat. Ini karena bank tersebut dalam proses diakuisisi oleh PT Bank Victoria Tbk. Bank Jasa Arta yang bermodal inti Rp23,40 miliar dalam proses merger dengan Bank Mitraniaga (Rp26,04 miliar) dan Bank Harfa (Rp19,60 miliar). Tanpa ada suntikan modal baru, bank hasil merger ini juga belum aman, karena modal intinya baru mencapai? Rp69,04 miliar.Bank Persyarikatan sebelumnya diberitakan? telah?? memperoleh komitmen tambahan modal Rp100 miliar dari salah satu pemegang sahamnya yakni? PT Bank Bukopin Tbk.Tahun lalu hanya dua bank yang tercatat mengalami kemajuan berarti dengan tambahan modal melampaui Rp80 miliar, yakni Bank Index Selindo dan UIB.? Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad menjelaskan bank yang masuk kategori unlikely sebenarnya bukan kartu mati. "Hanya karena modalnya itu jauh berbeda ke Rp80 miliar, terus kita tanyakan dari mana tambahan modal. Tapi ternyata memang berat. Jika begitu, bank-bank ini akan diambil oleh anchor bank atau dimerger di antara mereka." ?Dia menilai dari jumlah bank yang kemungkinan tidak mampu setor dibutuhkan satu, dua bank jangkar. Masalahnya tidak bisa begitu saja bank sentral menunjuk satu bank untuk menjadi anchor.
(yunan.hilmi@bisnis.co.id)
Oleh Yunan Hilmi
Bisnis Indonesia

0 comments: