Wednesday, May 16, 2007

IMF: RI tak rentan lagi

Rabu, 16/05/2007

JAKARTA: Dana Moneter Internasional (IMF) percaya perekonomian Indonesia saat ini tidak lagi rentan terhadap krisis keuangan seperti 10 tahun silam meskipun menghadapi banjir 'uang panas'.
Kekuatan ekonomi Indonesia dinilai telah ditopang perbaikan kebijakan makro ekonomi, pengawasan bank serta pengelolaan moneter.

"Indonesia sudah mampu mengurangi tingkat kerentanan... dan ini jelas ditunjukkan dalam beberapa indikator ekonomi," kata Milan Zavadjil, asisten direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, dalam jumpa pers di Jakarta kemarin.
Indonesia, menurut dia,? mencatat beberapa kemajuan seperti persentase utang luar negeri yang menurun menjadi 30%-35% terhadap PDB.
Pengambangan mata uang dinilai juga turut membantu mengurangi risiko ketimbang kurs tetap seperti 1997 lalu. Sebab fluktuasi mata uang yang ditentukan oleh pasar itu membantu menyerap masuknya investasi portofolio dari aktivitas lindung nilai (hedge fund).
Paralel dengan pernyataan IMF itu, kemarin Wapres Jusuf Kalla menerima kunjungan Deputi Menlu Amerika Serikat Robert B. Zoellick, yang juga menjabat sebagai Vice Chairperson Goldman Sachs & Co.
Kalla mengatakan pertemuannya dengan Zoellick mempunyai nilai strategis karena akan berpengaruh terhadap para investor maupun kalangan fund manager.?
Zoellick, kata Kalla ingin mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia. "Institusi seperti itu sangat berpengaruh kepada investor ataupun fund manager," tuturnya seusai merayakan hari ulang tahun ke-65 bersama pers.
Sebelum kedatangan petinggi IMF dan Zoellick itu, Gubernur The Fed Allan Greenspan pekan lalu berbicara dalam sebuah telekonferensi mengenai situasi ekonomi Asia yang diorganisasikan oleh Merryl Lynch, sebuah bank investasi asal AS. Dalam telekonferensi itu, Greenspan yakin Asia tidak akan kembali krisis seperti 1997/1998.
Terlalu berlebihan
Dari Semarang, sosiolog Universitas Melbourne Australia Arief Budiman menilai kekhawatiran terhadap krisis ekonomi terlalu berlebihan. "Itu biasa, karena negara ini menganut sistem ekonomi pasar. [Perekonomian] Gampang bergejolak, tapi nanti juga cepat pulih," ujarnya.
Menurut Arief, pemerintah Indonesia memang tidak cukup punya kekuatan finansial untuk mendikte pasar. Namun, katanya, pemerintah Indonesia memiliki kekuatan untuk membuat sejumlah aturan baru guna menghadang kemungkinan terjadinya gejolak ekonomi tersebut. Tak dijelaskan aturan baru seperti apa yang dibutuhkan Indonesia. (k42/ John A. Octaveri/Edy Barlianto)
nana.musliana@bisnis.co.id)
Oleh Nana Oktavia Musliana
Bisnis Indonesia

0 comments: