Wednesday, May 16, 2007

Pertumbuhan Belum Mendasar; Hambatan Pengembangan Sektor Riil Belum Tertangani

Kompas - 16052007
Jakarta, Kompas - Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2007 tumbuh 5,97 persen dibandingkan triwulan I-2006. Sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, menjadi pendorong utama. Pada masa panen dan musim tanam, pertanian juga menyerap tenaga kerja baru sehingga tingkat pengangguran tercatat turun.
Jumlah penganggur turun 384.000 dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006 menjadi 10,55 juta orang pada Februari 2007. Tingkat pengangguran terbuka turun dari 10,28 persen pada Agustus 2006 menjadi 9,75 persen pada Februari 2007.
Namun, pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang terjadi dikhawatirkan belum cukup kuat, karena tidak menjawab persoalan fundamental. Lapangan kerja yang terbentuk pada sektor pertanian saat ini lebih bersifat musiman. Sebaliknya pergerakan sektor riil belum tampak.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran tersebut di Jakarta, Selasa (15/5). Rusman mengatakan, arah pergerakan ekonomi dapat dilihat dengan memperhatikan pertumbuhan triwulanan. Dibandingkan triwulan IV-2006, komponen-komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, justru melorot.
Konsumsi rumah tangga tercatat minus 0,5 persen, konsumsi pemerintah turun minus 31,1 persen. Konsumsi pemerintah, menurut BPS, hanya didominasi belanja pegawai (gaji), bukan belanja barang.
Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga turun minus 2,5, sedangkan ekspor barang dan jasa turun minus 0,1 persen. PMTB merupakan gambaran riil investasi, bukan saja didorong penanaman modal asing dan dalam negeri, tetapi juga pengembangan usaha kecil, menengah, serta investasi skala rumah tangga.
Dibandingkan triwulan IV 2006, perekonomian tercatat tumbuh 2,0 persen pada triwulan I-2007. "Tidak aneh kalau semua komponen pertumbuhan turun tetapi total pertumbuhan yang didapat positif dua persen. Itu karena adanya faktor negatif yang mengurangi PDB, yakni impor yang tercatat minus 1,4 persen," ujar Rusman.
"Secara year on year, dibandingkan triwulan I-2006, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, PMTB, serta ekspor pada triwulan I-2007 tumbuh positif. Tapi perlu diingat, triwulan I-2006 merupakan titik nadir pertumbuhan setelah kenaikan harga BBM Oktober 2005," ujar Rusman.
Sektor Riil Tak Bergerak
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia Djimanto mengatakan, sektor riil terutama industri padat karya masih mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I-2007 ini.
"Kalau terjadi investasi pasti pada industri padat modal dan berteknologi tinggi, bukan pada industri padat karya," ujarnya.
Djimanto menegaskan, penyerapan tenaga kerja baru pada industri pengolahan saat ini hanya dilakukan untuk kontrak waktu tertentu.
"Kalau ada penurunan pengangguran, perlu dilihat lagi, apakah itu bersifat fundamental atau teknis saja, karena kontrak atau musiman," ujar Djimanto.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia Achmad Wijaya mengatakan, pada triwulan I-2007, industri manufaktur justru kesulitan mengakses kredit perbankan. Sektor riil juga masih terganggu ketidaklancaran suplai bahan baku. Pabrik keramik misalnya, bisa tutup kalau suplai gas seperti sekarang.
Rencana Kerja
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Boediono mengatakan, pemerintah mengubah haluan pengelolaan anggaran dan pembangunan pada tahun 2008.
"Dalam RKP (Rencana Kerja Pemerintah) 2008 terlihat kami akan banting stir mengarah ke sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, yang akhirnya mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran," ujar Boediono.
Menurut Boediono, RKP 2008 disusun lebih detail, targetnya pun lebih jelas. Program yang tidak secara langsung mendorong perekonomian pagu anggarannya dibatasi. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,8 persen untuk mengurangi tingkat pengangguran ke posisi 8-9 persen dari jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin menjadi 15-16,8 persen dari jumlah penduduk.
Untuk mencapai kondisi itu, pemerintah menargetkan defisit anggaran akan digelembungkan 1,6-1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Investasi ditargetkan akan tumbuh 15,5 persen, lebih tinggi dibanding target 2007 sebesar 12,3 persen. Adapun ekspor ditargetkan tumbuh 12,7 persen lebih tinggi dari 2007 (9,9 persen). Sedangkan impor ditargetkan tumbuh 17,8 persen dibandingkan 14,2 persen 2007.
Setidaknya ada 30 program yang diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tersebar di sejumlah departemen. Misalnya, pemeliharaan jalan nasional sepanjang 30.139 kilometer dan 47.500 meter jembatan. Pembangunan jaringan irigasi 104.765 hektar dan merehabilitasi irigasi yang rusak seluas 200.000 hektar.
Dalam kesempatan terpisah, menurut Tim Dana Moneter Internasional (IMF), keadaan makro ekonomi Indonesia makin membaik, karena manajemen ekonomi yang kuat dan keadaan eksternal yang juga terus membaik. Namun, perlu diperhatikan angka pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi sehingga perlu upaya lebih kuat lagi.
"Keadaan membaik, cadangan devisa naik dan utang publik turun. Diharapkan tingkat kemiskinan dan pengangguran akan turun," ujar Milan Zavadjil ketua tim IMF (DAY/JOE/oin

0 comments: