Kompas- 16052007
Jakarta, Kompas - Sebanyak 13 purnawirawan TNI/Polri mengingatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang berbagai persoalan yang kini melanda bangsa dan rakyat Indonesia. Presiden menyambut baik dan berterima kasih atas masukan dan dukungan para purnawirawan tersebut.
Demikian Ketua Forum Komunikasi Purnawirawan TNI/ Polri Mayjen (Purn) Saiful Sulun, yang juga mantan Wakil Ketua MPR/DPR, kepada pers seusai bersama 12 purnawirawan TNI/ Polri sarapan pagi dan berdialog dengan Presiden di Istana Negara, Jakarta, Selasa (15/5). Para purnawirawan itu diundang oleh Presiden.
Menurut Saiful, yang disampaikan para purnawirawan adalah untuk mengingatkan Presiden agar tidak masuk jurang.
Saiful menambahkan, banyak hal yang ditanyakan para purnawirawan. "Seperti masalah penderitaan rakyat. Semakin banyak menderita itu. Presiden menggambarkan, secara bertahap, pemerintah berupaya menyejahterahkan rakyat," ujar Saiful.
Para purnawirawan itu adalah mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar, mantan Kepala Sospol ABRI Letjen (Purn) Bambang Triantoro, Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo, Letjen (Purn) Ari Sudewo, Mayjen (Purn) Soekarno, Letjen (Mar) (Purn) Kahpi Suriadiredja, Laksdya Soegiatmo, dan Laksda Mahmud Subarkah.
Hadir pula mantan Kepala Staf TNI AU Marsekal (Purn) Saleh Basarah dan Marsekal (Purn) Ashadi Tjahyahdi serta Marsda (Purn) FX Soejitno dan mantan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) (Purn) Moch Sanoesi dan Komjen (Pol) (Purn) Sabar Koembino. Presiden didampingi Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.
Rakyat makin miskin
Ditanya apakah yang dimaksud dengan penderitaan rakyat yang semakin banyak, Saiful menjawab, "Loh, kamu lihat tidak. Rakyat itu semakin miskin dan pengangguran semakin tinggi."
Sementara itu, kemarin di tempat terpisah, salah satu tokoh Petisi 50 yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, menilai perjalanan bangsa Indonesia saat ini seperti tidak punya arah. Yang ada di pikiran elite politik sekarang juga bukan bagaimana menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
"Kita seharusnya berpikir sederhana, bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil," kata Ali Sadikin saat peringatan 27 tahun Petisi 50 di Jakarta.
Ali Sadikin menuturkan bahwa cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Gerakan reformasi 1998 bertujuan mengembalikan perjalanan bangsa ke arah cita-cita tersebut, tetapi sekarang justru semakin jauh dari cita-cita proklamasi.
"Tidak ada perubahan di bidang ekonomi dan sosial, padahal seharusnya bidang itu menjadi fokus utama pembenahan dan pemulihan. Sebab, di situlah rakyat hidup," ujar Ali Sadikin. (NWO/HAR)
Wednesday, May 16, 2007
Presiden Diingatkan Ali Sadikin: Tak Ada Perubahan Ekonomi
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:48 AM
Labels: HeadlineNews: Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment