Thursday, May 24, 2007

Kemiskinan: Tak Bisa Biayai Karyawisata, Siswa SMP Coba Bunuh Diri

KOMPAS - Kamis, 24 Mei 2007

Jakarta, Kompas - Kisah duka dari dunia pendidikan kembali berulang. NES (14), siswa kelas II di SMP Muhammadiyah Playen, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Selasa (22/5) sekitar pukul 14.00, nekat mencoba bunuh diri. Tindakan tersebut dipicu perasaan malu lantaran yang bersangkutan belum melunasi biaya karyawisata yang diadakan pihak sekolah ke Cilacap, Jawa Tengah.

Kini NES masih menjalani perawatan di RSUD Wonosari, Gunung Kidul. Menurut ibu kandungnya, Pujiantini (40), meski kesehatannya sudah berangsur membaik, kondisi fisik NES masih tampak lemah. Hingga Rabu sore, NES belum bisa diajak bicara.
Menurut Pujiantini, tubuh NES yang sempat tergantung di dalam kamar tidur ditemukan pertama kali oleh adiknya, Yani (7). "Yani melihat kakaknya mencoba gantung diri dengan tali plastik. Saya yang mendapat laporan langsung mendobrak pintu yang terkunci dari dalam. Saat itu juga saya langsung memeluk dan mengangkatnya," tutur Pujiantini, kemarin.
Pujiantini menduga tindakan nekat yang ditempuh NES berkaitan erat dengan rencana karyawisata yang dilaksanakan pihak sekolah anaknya pada 27 Mei mendatang. Menurut Pujiantini, hingga Selasa lalu anaknya belum bisa membayar biaya karyawisata senilai Rp 155.000. Padahal, pihak sekolah memberi batasan waktu hingga Jumat pekan lalu.
"Kepala sekolah sebenarnya tidak terlalu memaksa, tetapi panitia mengejar-ngejar supaya lekas membayar," ujarnya.
NES sendiri, Sabtu pekan lalu, sempat dipanggil pihak sekolah. Kepada pihak sekolah, NES berjanji akan melunasi pembayaran pada hari Senin. Namun, karena belum mendapat uang, pada Senin dan Selasa ia tidak masuk sekolah.
Sukarno, Kepala SMP Muhammadiyah Playen, mengatakan, karyawisata tersebut bukan kegiatan wajib. Ada beberapa siswa yang juga merasa keberatan karena alasan ekonomi. Lagi pula, katanya, pembayaran kegiatan yang direncanakan sejak awal tahun tersebut sebenarnya dapat diangsur.
"Mereka tidak diwajibkan membayar dengan catatan benar-benar tidak mampu. Ada beberapa orangtua siswa yang datang ke sekolah untuk meminta keringanan. Hal itu ternyata tidak dilakukan pihak keluarga korban," ujar Sukarno.
Ketua panitia kegiatan ini, Sukardi, membantah bahwa pihaknya mengejar-ngejar siswa agar membayar. "Yang dilakukan Sabtu kemarin adalah mengecek siswa yang benar-benar akan ikut study tour guna menentukan jumlah snack dan kendaraan yang akan dipakai," ujarnya.
Puncak "gunung es"
Peristiwa yang menimpa NES di Gunung Kidul itu sesungguhnya puncak gunung es dari berbagai bentuk pungutan yang mengatasnamakan kepentingan siswa.
Oleh karena itu, sudah saatnya kesadaran orangtua murid ditumbuhkan untuk menyikapi secara kritis penggunaan anggaran dan pungutan-pungutan yang benar-benar memang demi peningkatan kualitas pendidikan.
"Ironisnya, kalangan orangtua murid sering kali tidak berdaya untuk menolak pungutan yang diminta sekolah. Ketakutan akan masa depan anak mereka di sekolah bersangkutan, jika tidak memenuhi apa yang diminta sekolah, kerap menjadi alasan buat orangtua untuk tidak bersikap kritis terhadap sekolah," kata Kemas Ismed, Sekretaris Aliansi Orangtua Peduli Transparansi Dana Pendidikan, di Jakarta, Rabu kemarin.
Menurut Kemas, orangtua sebenarnya bisa melaporkan hal semacam itu kepada lembaga-lembaga peduli anak. (WER/ELN)

0 comments: