Tuesday, May 29, 2007

Pasokan serat rayon domestik defisit 40%

BISNIS - Selasa, 29/05/2007

JAKARTA: Pasokan serat rayon (viscose rayon staple fiber) untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil di dalam negeri pada tahun ini mengalami defisit 181.600 ton, atau sekitar 40% dari total konsumsi yang rata-rata mencapai 450.000 ton per tahun. Kebutuhan serat rayon di industri tekstil yang kian meningkat terpaksa masih harus dipasok melalui impor karena hampir seluruh produksi di dalam negeri dijual ke pasar ekspor, apalagi harga komoditas tersebut di pasar internasional cenderung tinggi.Harga serat rayon yang bagus di luar negeri bahkan telah memicu dua produsen serat rayon domestik untuk meningkatkan ekspor, sehingga kebutuhan untuk industri di dalam negeri cenderung terabaikan. Pada saat yang sama, investasi di sektor serat rayon juga sangat minim akibat diterpa isu pencemaran lingkungan dan pengelolaan limbah yang sering mendapatkan protes dari masyarakat sekitarnya. Hingga sekarang, tercatat hanya ada dua produsen serat rayon yang berproduksi di Indonesia. Data Departemen Perindustrian menunjukkan realisasi produksi bahan baku serat tekstil tersebut pada tahun lalu menembus 282.280 ton, dengan realisasi ekspor 220.180 ton, sementara konsumsi domestik mencapai 545.470 ton. Karena itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka? Depperin Ansari Bukhari meminta agar dua perusahaan serat rayon yang berada di Purwakarta, Jawa Barat, yakni PT South Pacific Viscose (Viscose) dan PT Indo-Bharat Rayon meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Menurut dia, kebutuhan serat rayon di dalam negeri hanya dipasok 90.000 ton oleh Viscose dan 30.000 dari Indo-Bharat. "Jumlah itu kan tidak cukup karena local demand mencapai sekitar 400.000 ton sehingga masih terjadi defisit yang cukup besar," katanya, baru-baru ini. Manajer Marketing PT South Pacific Viscose Ida Purnama Sirait menambahkan pasokan serat rayon domestik tetap masih diprioritaskan oleh perseroan meskipun harga di pasar internasional mengalami peningkatan tajam.Dia menjelaskan harga serat rayon dunia saat ini menembus US$2 per kg atau naik 17,65% dibandingkan tahun lalu yang hanya US$1,7 per kg. "Bahkan, di Uni Eropa harganya bisa mencapai US$2,7 per kg," kata Ida. Kenaikan harga serat rayon itu, menurut dia, dipengaruhi oleh lonjakan harga minyak bumi, kenaikan harga bahan baku, dan penurunan permintaan kapas. "Keterbatasan pasok serat rayon di pasar domestik telah menyebabkan terjadinya over demand 30% - 40% dari total konsumsi nasional sejak tiga tahun lalu. Itu terjadi akibat harga di pasar ekspor terus naik," katanya. Dia tidak menyangkal bahwa produsen lokal cenderung berorientasi ke pasar ekspor daripada menjual ke pasar domestik.? Berdasarkan catatan Bisnis, PT South Pacific Viscose-penanaman modal asing asal Austria-sedang menambah kapasitas produksi 50.000 ton dari kapasitas terpasang saat ini sebesar 150.000 ton dengan nilai investasi sekitar US$120 juta.
(yusuf.waluyo@ bisnis.co.id)
Oleh Yusuf Waluyo Jati
Bisnis Indonesia

0 comments: