Saturday, June 02, 2007

DPR setuju harga minyak US$57-US$60 per barel

BISNIS - Sabtu, 02/06/2007

JAKARTA: Komisi VII DPR menyetujui asumsi harga minyak mentah untuk RAPBN 2008 US$57-US$60 per barel, lebih rendah dari yang dipatok tahun ini US$63 per barel. Hal itu merupakan hasil kesimpulan rapat kerja antara Komisi VII DPR dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis malam. Dalam rapat itu, pemerintah juga mengusulkan adanya perubahan target produksi minyak dalam RAPBN-P 2007 menjadi 0,989 juta barel per hari.Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan masalah geopolitik Iran mendasari dipatoknya asumsi harga minyak (Indonesia Crude Price/ICP) dalam RAPBN tahun depan. "Tingginya harga minyak dunia belakangan ini disebabkan oleh masalah Iran. Tahun depan? masalah Iran diduga sudah selesai," kata dia.Menurut Purnomo, tingginya harga minyak dunia saat ini diperkirakan tidak berlanjut hingga tahun depan. Karena itu, pihaknya tidak mengubah harga minyak dalam RAPBN-P 2007 tetap di kisaran US$63 per barel."Sampai akhir musim panas ini, yaitu Agustus September, harga minyak tetap menguat. Setelah itu harga akan turun. Kemudian pada akhir tahun akan meningkat lagi karena musim dingin. Itulah, mengapa kami tetap mematok ICP di level US$63," tutur dia.Gubernur OPEC Indonesia Faizal Rahman menambahkan banyak faktor yang mendorong harga minyak akan turun pada tahun depan. "Seperti halnya pertimbangan produksi minyak dari negara-negara non-OPEC, dan diperkirakan harga minyak WTI [West Texas Intermediate] itu US$60,5 per barel. dengan perhitungan ini ICP bisa di posisi US$57 per barel. Level ini memang tidak pasti, dan hanya sebagai pegangan," jelas dia.Menanggapi rencana pemerintah mematok harga minyak di kisaran US$57-US$60 per barel, beberapa anggota Komisi VII menyatakan pemerintah terlalu optimistis dengan penurunan harga minyak pada tahun depan.Sementara itu, terkait dengan target produksi minyak yang mengalami penurunan dalam RAPBN-P, Dirjen Migas Luluk Sumiarso mengungkapkan hal itu disebabkan oleh adanya gangguan di sejumlah lapangan minyak. "Perkembangan empat bulan ini angka produksi yang kami patok mengalami penurunan. Seperti di Belanak, alatnya mengalami gangguan. Lainnya, pompa-pompa minyak di Riau milik Chevron tidak beroperasi." Menurut Purnomo, penurunan harga minyak tahun depan juga membuat subsidi BBM turun. "Subsidi? BBM akan turun. Tetapi kami juga mengharapkan efek dari subsidi minyak tanah yang diganti elpiji sudah mulai kelihatan," jelas dia.
(01) (redaksi@bisnis.co.id)
Bisnis Indonesia

0 comments: