Tuesday, July 03, 2007

Pejabat Daerah Maluku Diperiksa

KOMPAS - Selasa, 03 Juli 2007

Aksi Anti-RMS Berbuntut pada Perusakan

Ambon, Kompas - Kepolisian Daerah Maluku hingga Senin (2/7) siang sudah menahan 35 tersangka kasus penyusupan aktivis RMS. Polisi juga telah memeriksa sejumlah pejabat lokal yang dianggap bertanggung jawab untuk acara Hari Keluarga Nasional XIV, termasuk Asisten I Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Jopy Patty.
Kepala Polda Maluku Brigjen (Pol) Guntur Gatot Setyawan mengatakan, pemeriksaan terhadap panitia Hari Keluarga Nasional (Harganas) XIV masih sebatas saksi. Polisi belum menjadikan panitia maupun elite politik lokal sebagai tersangka. Pemeriksaan masih terus dilakukan untuk mengungkap kasus ini hingga tuntas.
Pemeriksaan terhadap delapan panitia lokal, di antaranya Ketua Umum Harganas XIV tingkat lokal Sofie Ralahalu dan Sekretaris Daerah Maluku Said Assagaff dilakukan di Markas Komando Daerah Militer XVI Pattimura.
Tim pengumpul data yang hadir dalam pemeriksaan itu adalah Sekretaris Menteri Koordinator Polhukam Letjen Agustadi Sasongko, Kepala Staf Umum TNI Mayjen Bambang Darmono, dan salah satu deputi Menko Polhukam Mayjen Romoluan Simbolon.
Mengenai tindakan terhadap anggota Polri yang bertugas mengamankan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disusupi aktivis RMS atau Republik Maluku Selatan itu, Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto berjanji akan menindak tegas.
Ia kembali menegaskan bahwa evaluasi tengah dilakukan untuk Kepala Polda Maluku dan sejumlah pejabat lainnya.
Di Yogyakarta, Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri Irjen Saleh Saaf menyatakan siap menerima konsekuensi jika dirinya sebagai pejabat intel Polri dianggap bertanggung jawab.
Diwarnai perusakan
Suasana Kota Ambon kemarin sempat tegang karena ada pencegatan dan perusakan mobil angkutan umum oleh pengunjuk rasa anti-RMS. Massa yang berkumpul di Jalan Sultan Babullah menghadang angkutan umum jurusan Amahusu dan Kudamati. Peristiwa ini menimbulkan konsentrasi massa di sejumlah titik. Para pengunjuk rasa yang masih bertahan di Jalan AY Patty akhirnya membubarkan diri pukul 15.30 WIT. Senin malam, suasana Ambon kembali normal dan tidak ada konsentrasi massa.
Menanggapi aksi massa yang mengarah pada perusakan angkutan umum, Guntur mengatakan sudah meningkatkan pengamanan dan melakukan pendekatan ke masyarakat. "Kami terus menggalang masyarakat, mendekati para tokoh, dan penggerak demonstrasi. Mereka kami ajak untuk menjaga Ambon yang sudah aman ini," ujar Guntur.
Panglima Kodam XVI Pattimura Mayjen Sudarmaidy Soebandy kepada pengunjuk rasa mengatakan akan menghilangkan separatisme dari Maluku.
Unjuk rasa anti-RMS juga masih digelar kelompok-kelompok mahasiswa di Makassar. Di Surabaya, sekitar 20 mahasiswa Maluku juga berunjuk rasa di dekat Konsulat Jenderal Amerika Serikat. Mereka meminta Pemerintah AS mendeportasi tokoh RMS, Alex Hermanus Manuputty, ke Indonesia.
Di Jakarta, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Global Civil Society Studies FISIP Universitas Indonesia Andi Widjajanto dan Donny Ardyanto dari lembaga monitoring hak asasi manusia Imparsial meminta agar insiden penyusupan RMS itu tidak menjadi alasan bagi aparat intelijen untuk meminta kewenangan lebih.
Andi juga meminta pemerintah membuka ruang dialog dengan RMS, seperti halnya dilakukan terhadap Gerakan Aceh Merdeka atau Organisasi Papua Merdeka. (ANG/FUL/WER/REN/ULE/ MZW/DWA/SUT/JON/BAY)

0 comments: