Tuesday, July 03, 2007

Turis Eropa Diminta Naik Bus dan Kapal

KORAN TEMPO - Selasa, 03 Juli 2007

"Kita perlu menyatakan klaim Uni Eropa tak sepenuhnya benar."

Denpasar - Turis-turis asal Eropa di Bali diperingatkan agar tak menggunakan maskapai penerbangan domestik jika akan pergi ke daerah lain di Indonesia. Mereka disarankan menggunakan bus, kereta api, atau kapal laut.
Menurut Ketua Asosiasi Travel Indonesia Bali Al Purwa, peringatan dari biro travel negara-negara Eropa itu diterima dalam dua-tiga hari terakhir. "Jelas akan berpengaruh sangat besar karena sepertiga turis Eropa di Bali punya tujuan ke daerah lain di Indonesia," katanya di Denpasar kemarin.
Sebelumnya, Kamis pekan lalu, Komisi Eropa melarang pesawat Indonesia terbang ke Uni Eropa karena alasan keselamatan per 6 Juli nanti. Langkah inilah yang ditindaklanjuti dengan peringatan agar para turis Eropa tidak bepergian dengan maskapai Indonesia. Larangan ini dirilis berdasarkan rekomendasi tim ahli penerbangan yang menilai maskapai Indonesia tidak aman karena sering mengalami kecelakaan fatal.
Purwa berpendapat peringatan itu diperkirakan membuat berbagai daerah tujuan wisata, seperti Lombok, Sulawesi, dan Yogyakarta, menuai masalah. Turis Eropa yang akan melancong ke daerah pasti berpikir dua kali jika harus menggunakan transportasi darat dan laut.
Waktu tempuh dua moda transportasi itu terlalu lama dan melelahkan. "Sementara rute penerbangan domestik seluruhnya dilayani oleh airline domestik," ujarnya. Ia pun khawatir dalam jangka panjang daya tarik Bali merosot karena Pulau Dewata itu dipromosikan satu paket dengan daerah wisata lainnya.
Persoalan lainnya, ia melanjutkan, bukan tak mungkin asuransi akan menolak membayar premi untuk wisatawan Eropa yang mengalami kecelakaan ketika menumpang pesawat Indonesia. "Saat itulah travel agent akan menutup paket wisata dari Bali ke daerah lain." Apalagi jika turis dari negara-negara Asia mengikuti langkah itu.
Kepala Dinas Pariwisata Bali Gde Nurjaya mengatakan larangan dari Uni Eropa itu merupakan pukulan telak bagi dunia pariwisata Indonesia. Di antara total 6,5 juta turis asing yang ditargetkan datang pada tahun ini, separuhnya dari Eropa.
Kerugian sektor pariwisata akan lebih besar ketimbang kerugian bisnis penerbangan. "Sebab, sudah lama maskapai kita tak terbang dari dan ke Eropa," ucapnya.
Sebenarnya, Bali sudah lama memperingatkan pemerintah pusat agar memperbaiki penerbangan. Menurut Nurjaya, wisatawan dari Eropa dan Amerika Serikat kerap mengeluhkan pelayanan penerbangan domestik.
Wakil Ketua Komisi Infrastruktur dan Perhubungan Dewan Perwakilan Rakyat Yoseph Umar Hadi menyatakan larangan ini merugikan bisnis penerbangan dan merusak iklim investasi di Indonesia. Politisi PDI Perjuangan itu mengutip pernyataan Presiden ICAO Gonzales bahwa investasi US$ 1 pada penerbangan setara dengan pertumbuhan US$ 3 di sektor lain.
"Kita perlu menyatakan klaim Uni Eropa tak sepenuhnya benar," katanya di tempat yang sama. Menurut dia, pemerintah bisa melakukan berbagai tindakan, antara lain sosialisasi langkah-langkah perbaikan keselamatan dan transparansi untuk berbagai masalah yang belum bisa diatasi.
ROFIQI HASANKORAN

0 comments: