Thursday, June 07, 2007

Arah G-8 Semakin Tidak Jelas

KOMPAS - Kamis, 07 Juni 2007

Di Luar Pertemuan Para Demonstran Selalu Mencari Celah untuk Membuat Rusuh

Heiligendamm, Rabu - Arah Kelompok Delapan Negara atau G-8 (Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Italia, Jepang, dan Rusia) dari hari ke hari dianggap semakin tidak jelas. Selain tema pertemuan yang terlalu beragam, hubungan antaranggota G-8 juga tidak solid.
Pertemuan rutin tingkat tinggi dua tahunan G-8 kembali dibuka, Rabu (6/6) di Heiligendamm, Jerman utara.
Aksi-aksi demonstran membuat pertemuan G-8 menjadi paling menghebohkan sepanjang sejarah pertemuan kelompok negara industri termaju itu. Poster bertuliskan "Bush adalah Pembunuh" terpampang jelas di hadapan polisi pengawal pertemuan. Sejumlah poster bernada melecehkan G-8 marak di sekitar tempat pertemuan.
Wibawa para pemimpin pun dibuat runtuh. Para aktivis sangat kreatif dengan aksi-aksi mereka yang terasa lucu sekaligus sangat sarkastis. Di dalam sebuah kapal, misalnya, ada delapan aktivis berdiri dengan bertopengkan wajah kedelapan pemimpin G-8. Kemudian aktivis lain menggoyang-goyangkan kapal yang membuat "pemimpin" G-8 berjumpalitan dari kapal dan jatuh ke air.
Semua aksi itu dilakukan sebagai refleksi dari kekecewaan dunia, yang menilai G-8 justru menciptakan prahara global, bukan mendamaikan dunia. Perang Irak dinilai sebagai salah satu hasil ciptaan anggota G-8, khususnya Inggris dan AS.
Janji G-8 untuk membantu pembasmian kemiskinan di Afrika, yang dicanangkan oleh G-8 di Gleneagles, Skotlandia, tahun 2005, juga dianggap hanya janji palsu.
Buntu soal pemanasan global
Dalam pertemuan itu akan dibahas beragam persoalan. Namun, ada dua masalah penting yang diperkirakan menjadi fokus pembahasan, yakni perubahan iklim dan bantuan untuk kawasan Afrika.
Namun, banyak pihak khawatir pertemuan G-8 kali ini tidak akan menghasilkan keputusan yang akan bisa menyelesaikan berbagai persoalan di dunia. G-8 yang selama ini menjadi harapan bagi negara-negara miskin justru semakin tidak jelas arah dan semangat perjuangannya. Salah satu contoh adalah tentang masalah perubahan iklim. Sampai saat ini belum ada kesepakatan antara AS dan negara-negara anggota lain.
Sejak beberapa hari lalu Presiden AS George W Bush dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengaku optimistis dengan proses dan hasil pertemuan G-8 itu, terutama tentang isu perubahan iklim. Pembahasan tentang isu perubahan iklim ini diperkirakan bisa buntu.
AS diyakini tetap tidak mau menyepakati target dan ketentuan batas waktu untuk mengurangi emisi gas buangan menjadi 50 persen pada 2050. Padahal, Kanselir Jerman Angela Merkel mendorong munculnya kesepakatan mengenai isu yang penting untuk mengekang pemanasan global itu.
"Untuk saat ini kami belum siap mengadopsi usulan itu. Saya harap G-8 memiliki sikap dan posisi sama, tidak hanya berkutat pada teknis cara mengurangi emisi itu," kata penasihat senior Bush, James Connaughton.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Mei lalu, sekitar 2.000 peneliti memberikan rekomendasi bahwa dunia harus bisa segera menstabilkan tingkat emisi dalam delapan tahun mendatang untuk menjaga agar suhu global tidak naik ke tingkat berbahaya.
AS-Rusia
Di dalam pertemuan, posisi G-8 juga tidak solid. Selain ketidakjelasan nasib pemanasan global, ketegangan hubungan AS-Rusia juga dikhawatirkan akan membayang-bayangi pertemuan G-8, bahkan akan bisa mengalihkan perhatian dunia dari persoalan perubahan iklim.
Perang kata-kata antara Bush dan Presiden Rusia Vladimir Putin terjadi selama beberapa hari terakhir. Bahkan, Bush—sehari sebelum sampai di Jerman—sempat mengeluarkan komentar yang tajam tentang demokrasi di Rusia. "Reformasi Rusia dahulu pernah menjanjikan kekuasaan kepada rakyat. Namun, janji itu tidak tercapai dan keluar jalur. Ini justru menimbulkan kesulitan bagi perkembangan demokrasi," kata Bush saat berkunjung ke Praha.
Namun, kritik Bush itu langsung dibantah Rusia dengan menegaskan bahwa Rusia adalah "negara demokrasi". Ketegangan hubungan di antara dua negara itu berawal dari rencana AS menciptakan sistem pertahanan peluru kendali di Eropa tengah, yakni di Polandia dan Ceko.
Menurut Rusia, sistem pertahanan AS itu merupakan langkah agresif yang justru akan mengancam keamanan Rusia. Bahkan, Putin mengancam akan segera mengarahkan rudal Rusia ke arah sistem pertahanan itu jika benar-benar terwujud.
Untuk menenangkan hati Rusia, AS mencoba menawarkan posisi pemantau sistem itu kepada Rusia, tetapi Rusia menolak. Untuk mengurangi ketegangan Bush menyatakan Rusia bukanlah ancaman. "Rusia tak akan menyerang Eropa. Rusia bukan musuh. Tidak akan ada tanggapan militer karena kami tidak sedang perang dengan Rusia dan Rusia juga bukan ancaman," ujarnya.
Bush menekankan pentingnya membangun pertahanan itu untuk mengantisipasi serangan dari Iran. "Kami ingin mempertahankan hubungan baik dengan Rusia. Namun, itu hanya bisa terwujud jika ada kesamaan sikap dan pandangan," kata Bush.
Polisi kerepotan
Gelombang demonstrasi tidak kunjung bisa diredakan. Bahkan, demonstrasi dari berbagai kelompok antiglobalisasi, kelompok anarki, dan antikemiskinan itu bentrok dengan aparat keamanan.
Seperti yang terjadi hari Rabu. Polisi terpaksa menggunakan meriam air (water cannon) untuk menghalau ribuan demonstran dari sekeliling pagar tempat pertemuan sepanjang 12 kilometer. Sambil menutupi sekeliling bangunan, ada pula demonstran yang melempari aparat dengan batu.
"Kami harus siaga menghadapi aksi dari orang-orang yang berpotensi membahayakan," kata seorang polisi.
Ada juga kelompok lain yang memblokade jalanan dari arah bandara menuju ke tempat pertemuan G-8 di kawasan Heiligendamm. Bukan hanya jalanan dari bandara yang diblokade, tetapi juga dari stasiun. Padahal, jalanan yang diblokade itu satu-satunya jalan yang akan dilalui semua pemimpin negara yang hadir. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

0 comments: