Thursday, June 07, 2007

Insiden PasuruanDankormar Harus Izin Panglima TNI

KOMPAS - Kamis, 07 Juni 2007

Jakarta, Kompas - Untuk memenuhi panggilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berkait dengan insiden penembakan di Pasuruan, Komandan Korps Marinir harus terlebih dahulu mendapat izin dari Panglima TNI.
Demikian dikatakan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Laksamana Slamet Soebijanto, Rabu (6/6), seusai memimpin upacara serah terima jabatan (sertijab) Komandan Korps Marinir (Dankormar) di Markas Komando Korps Marinir, Cilandak, Jakarta.
Seperti diwartakan, Ketua Komnas HAM Abdul Hakim Garuda Nusantara, Selasa, menyatakan telah melayangkan surat pemanggilan terhadap Dankormar untuk memberi keterangan seputar insiden tersebut. Rencananya acara itu digelar Jumat besok.
Kepada wartawan, Slamet juga menegaskan tetap pada penawaran relokasi bagi warga di sekitar lahan milik Pusat Latihan Tempur TNI AL, sekaligus memberikan lahan seluas 500 meter persegi ditambah uang Rp 10 juta per keluarga. Sebab, tidak mudah untuk memindahkan lokasi latihan mengingat akan ada banyak pertimbangan yang harus diambil dan dilakukan.
Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga, yang juga hadir dalam acara sertijab Dankormar, menyatakan, DPR berencana memanggil Panglima TNI dan KSAL Rabu depan terkait insiden penembakan di Pasuruan. "Kami melihat itu sebagai tindakan yang melanggar hukum," katanya.
Batal diperiksa
Di Pasuruan, Jawa Timur, Polisi Militer Angkatan Laut (POM AL) Lantamal V kemarin batal memeriksa lima warga Desa Alas Tlogo sebagai saksi dalam kasus penembakan oleh anggota Marinir. Menurut Komandan POM AL Lantamal V Kolonel (Laut) Totok Budi Susanto, pemeriksaan batal karena warga belum siap.
"Mungkin masih takut, tetapi yang penting pemeriksa dari POM AL sudah siap di Polres Pasuruan. Kapan pun warga siap, kami siap memeriksa," katanya.
Akan tetapi, menurut Kepala Desa Alas Tlogo Imam Sugnadi, warganya justru sudah siap memberikan keterangan.
Pemeriksaan semula dijadwalkan Senin lalu, tetapi batal karena ada pertemuan warga dan Panglima Armada RI Kawasan Timur.
Sementara itu, Samad, ayah korban meninggal Mistin dan kakek korban luka Choirul Anwar, kemarin memberikan testimoni kepada sivitas akademika Jawa Timur dan kalangan LSM di Kampus Universitas Airlangga.
Menurut dia, penembakan didahului perintah komandan patroli Marinir yang saat itu mendampingi pekerja PT Rajawali membajak lahan yang disengketakan. (DWA/INA/APA/MKN)

0 comments: