Thursday, June 07, 2007

Terungkap Tiga Kali Perintah Tembak

REPUBLIKA - Kamis, 07 Juni 2007

Belasan anggota Marinir sempat dua kali tak menggubris.

SURABAYA --- Samad (53), kepala Dusun (Kasun) Alastlogo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Rabu (5/6), memberikan testimoni di Fakultas Sastra Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur. Ayah dari korban tewas Mistin dan kakek dari korban luka Choirul yang kini dirawat di RS Syaiful Anwar Malang, itu mengaku sempat mendengar adanya tiga kali perintah menembak menjelang insiden yang merenggut nyawa empat warga pada 30 Mei lalu oleh berondongan senjata anggota Marinir.
''Saya mendengar perintah tembakan itu, karena saya saat itu memang melakukan negosiasi dengan anggota Marinir dengan jarak sekitar 15 meter dari warga (yang menjadi sasaran tembak),'' ungkap Samad dalam testimoni yang juga menampilkan Kepala Bidang Operasional Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, Athoillah SH, serta dihadiri Direktur LBH Surabaya M Syaiful Aris, Kepala LBH Pos Malang Syaiful Arif SH, dan Kepala PusHAM Unair Bambang Budiono itu.
Menurut pria berkacamata itu, perintah tembakan pertama dikatakan komandan dari belasan anggota Marinir saat menerima surat protes dari warga, tentang pengelolaan lahan Alastlogo oleh PT Rajawali Nusantara. ''Surat yang berisi proses di PN Surabaya itu langsung dimasukkan kantong, kemudian komandan itu bilang mana yang mengantar surat itu, tembak saja. Tapi perintah itu tak digubris,'' ucapnya.
Setelah itu, warga terlihat ramai, kemudian sang komandan mengeluarkan perintah kedua untuk menembak. ''Siapa yang ngoceh (bicara terus-menerus), tembak saja. Tapi perintah itu juga tak digubris,'' tegas Samad. Sang komandan, untuk ketiga kalinya, ngotot memerintahkan belasan anggotanya menembak. ''Pasang peluru tajam..!'' begitu yang terdengar Samad dan membuatnya segera tiarap di dekat lutut para anggota Marinir.
Perintah ketiga itu, menurut dia, akhirnya berlanjut dengan bunyi ''dor-dor-dor'' yang diarahkan ke warga. ''Saya sempat berdiri untuk meminta tembakan dihentikan. Saya katakan, 'stop, jangan teruskan! Seberapa sih kekuatan warga? Jumlahnya enggak banyak','' teriaknya waktu itu. Upaya menghalangi tembakan tersebut justru membuat lima orang anggota Marinir menodongkan senjata ke arahnya. ''Mereka mengatakan, 'kamu melawan ya?'. Kemudian saya dipukul dan ditendang seperti bola,'' tutur Samad.
Setelah itu, dia dibawa ke barak. ''Tapi, saat mereka lengah, saya melarikan diri ke arah selatan. Saya sempat mengetahui komandan lari ke belakang dengan mengeluarkan tembakan ke atas dan akhirnya anggota Marinir lainnya berdatangan,'' paparnya.
Perlawanan dan provokatorDitanya kemungkinan saat itu ada perlawanan dari warga, Samad mengatakan, tak mungkin dilakukan. ''Saya ada di depan mereka dalam jarak sekitar 15 meter. Kalau mereka (warga) melakukan lemparan atau apa, saya pasti tahu. Bahkan saya juga akan kena,'' ucapnya dalam testimoni yang juga dihadiri
Sementara Irjen Angkatan Laut Mayjen Safzen Noerdin, menengarai ada provokator. Saat bentrokan maut itu terjadi, ia masih menjabat sebagai Komandan Korps Marinir.
''Indikasi itu harus terus diselidiki, karena banyak hal yang mengarah ke situ (provokasi),'' katanya, usai serah terima jabatannya sebagai Komandan Korps Marinir kepada Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono di Jakarta, kemarin.
Fakta Angka13 Anggota marinir yang jadi tersangka penembakan warga. (zam/ant/rto/tok )

0 comments: