Thursday, June 07, 2007

Pajak transaksi saham bakal naik

BISNIS - Kamis, 07/06/2007

JAKARTA: Sepekan setelah kalangan pelaku usaha meminta insentif pajak untuk perusahaan masuk bursa, Dirjen Pajak Darmin Nasution justru menyiapkan rencana menaikkan tarif pajak transaksi saham dari posisi 0,1% ke kisaran yang 'lebih pantas menurut ukuran regional'. Dirjen Pajak menegaskan pemerintah masih melakukan simulasi (exercise) atas rencana kenaikan tarif pajak tersebut. Namun, Darmin tidak menyebutkan angka atau kisaran persis besarnya kenaikan itu. "Kami memang sedang lakukan exercise untuk itu. Besarnya? berapa, jangan dulu lah. Pokoknya sampai ke tingkat yang lebih pantas menurut ukuran regional," ujarnya saat didesak apakah kenaikan itu sampai 0,3% seperti yang diterapkan China.Darmin mengatakan rencana kenaikan transaksi saham itu sebetulnya pernah dijajaki di era menteri keuangan terdahulu, Jusuf Anwar. Ketika itu, kenaikan tarifnya ditimbang sampai 0,3% dari posisi yang masih bertahan sampai hari ini, 0,1%.Namun, menurut dia, rencana itu akhirnya urung diterapkan. Sebab, selain dinilai saatnya belum tepat, rencana itu keburu ditolak keras oleh para investor pelaku pasar modal. Sekarang, "jangan dulu-lah," katanya mengelak. Senada dengan Darmin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dimintai penegasan atas persoalan yang sama, memilih jawaban mengambang. Dia tidak mengonfirmasi ataupun membantah rencana pemerintah menaikkan pajak transaksi saham tersebut."Pokoknya pemerintah akan melihat semua posibilitas. Kami rasa, kalau berbagai keputusan yang strategis nanti dianalisis, dipikirkan, dan dibahas secara hati-hati. Kita akan melihat berbagai kemungkinan."KhawatirKetua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartanto menyatakan para pelaku pasar modal sudah menangkap sinyal menyangkut rencana pemerintah menaikkan tarif pajak transaksi saham seperti yang diterapkan China."Terus terang, kami, para pelaku di pasar modal, khawatir. Di satu sisi pemerintah belum memberikan insentif penurunan pajak perusahaan yang akan go public seperti yang dijanjikan. Kalau ini belum diberikan, transaksi kami malah kena potong 0,3%, modal kami bisa lari."Kalaupun pemerintah tidak memiliki cara lain untuk mengantisipasi kemungkinan penarikan dana secara besar-besaran itu, Erlangga berani memastikan kenaikan tarif pajak tersebut sudah otomatis menurunkan volume transaksi harian pasar modal yang kini mencapai Rp6 triliun.Karena itu, menurut dia, keliru bila pemerintah meniru mentah-mentah apa yang dilakukan pasar modal China, di mana kenaikan tarif pajak transaksi saham yang ditempuhnya terbukti hanya menimbulkan koreksi selama beberapa hari."Kita harus lihat faktor fundamental-nya. Di kita, faktor ini relatif tinggi [berisiko], masih didorong sentimen regional. Jadi, kalau ada tindakan pemerintah seperti itu, dari 0,1% ke 0,3%, itu kan sangat signifikan, investor regional bisa berpaling ke regional lain."Menurut dia, Indonesia tidak bisa disamakan dengan China yang memberlakukan pajak transaksi saham guna membendung masuknya modal asing. Negeri ini masih membutuhkan dana dari luar, karena dana dari dalam negeri tidak banyak.Airlangga mengatakan hampir 60% dari transaksi di Bursa Efek Jakarta berasal dari pemodal asing dengan nilai portofolio mencapai Rp550 triliun. Modal itu bisa saja berpindah jika mereka merasa tidak nyaman bertransaksi di dalam negeri. Menurut dia, penurunan pajak penghasilan menjadi 20% atau lebih rendah 5%-10% dibandingkan dengan perusahaan swasta lainnya, dinilai dapat menjadi insentif bagi pemodal."Minimnya perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, karena ada anggapan bahwa tidak ada keuntungan signifikan bagi mereka misalnya pajak yang diberlakukan sama dengan swasta lainnya." Dirut PT BEJ Erry Firmansyah mengatakan masih menunggu informasi yang lebih pasti mengenai rencana pemerintah menaikkan transaksi saham. Karena itu, dia belum bisa memberikan penilaian.Nilai transaksi harian BEJ terbaru mencapai Rp4,96 triliun, menyumbang pendapatan negara sebesar Rp4,96 miliar dari pajak sebesar 0,1% per transaksi.Berdasarkan catatan Bisnis, jumlah rekening saham di China pada 29 Mei mencapai 100,27 juta. Lebih dari seperempat, atau sekitar 26,6 juta rekening itu, telah dibuka awal 2006. Di Indonesia, data Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) menyebutkan jumlah rekening investor bursa jumlahnya hanya 162.612.Di sisi lain, indeks harga saham Shanghai sepanjang tahun ini melonjak 62%, melanjutkan lonjakan serupa pada 2006 yang mencapai 130%. Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini baru naik 16,45%, sementara tahun lalu naik 53%.Depkeu China sempat menurunkan tarif pajak transaksi dari 0,2% menjadi 0,1% untuk menggairahkan pasar seiring dengan lonjakan pertumbuhan ekonomi yang lebih dari 10%.Secara terpisah, Direktur Trimegah Securities Rosinu menyatakan tidak setuju dengan rencana kebijakan pemerintah menaikkan pajak transaksi saham hingga tiga kali lipat menjadi 0,3% dari semula 0,1%.Hal senada dikemukakan oleh Direktur Panin Sekuritas Winston Sual. Menurut dia, pemerintah jangan terburu-buru menaikkan pajak transaksi. Ini karena kebijakan itu berpeluang menghambat likuiditas pasar yang sedang bagus.
(Pudji Lestari, Rahayuningsih)
(bastanul.siregar@bisnis. co.id/arif.gunawan@bisnis.co.id)
Oleh Bastanul Siregar & Arif Gunawan S.
Bisnis Indonesia

0 comments: