REPUBLIKA - Kamis, 07 Juni 2007
Mulai Sabtu ini (9/6), masyarakat Jakarta dapat menikmati 'hiburan' baru berupa angkutan air yang melintas sepanjang 1,7 kilometer dari Halimun di Jl Sultan Agung, hingga Karet. Angkutan pariwisata ini beroperasi dalam dua jadwal yaitu mulai pukul 07.00 sampai 09.00 WIB kemudian berhenti dan dilanjutkan pada pukul 16.00 sampai 18.00. Nama resmi dari fasilitas ini adalah waterway.
Satu kali perjalanan dari Dermaga Halimun sampai Dermaga Karet memakan biaya Rp 1.500 per orang. Untuk kembali lagi ke Halimun dari Karet, penumpang angkutan air harus merogoh Rp 1.500. Totalnya Rp 3 ribu untuk perjalanan pulang balik. Penumpang juga bisa berhenti di Dermaga Dukuh Atas yang terletak antara Halimun dan Karet.
Angkutan air yang beroperasi hanya pada Sabtu dan Ahad ini ditujukan sebagai alternatif berwisata di tengah Jakarta. Perjalanan dari Halimun sampai Karet kemudian kembali lagi ke Halimun diperkirakan memakan waktu 15 menit. Dua unit kapal berkapasitas masing-masing 28 orang disediakan setiap masa operasi.
Pemandangan yang disuguhkan dari dalam kapal motor bernama Kerapu itu sebenarnya tidak istimewa. Semua orang yang kerap melintasi rute Manggarai dan jalanan di depan Hotel Shangri-la rasanya paham pemandangan apa yang bakal dilihatnya. Gedung tinggi, busway, mobil, motor, dan beton di sisi sungai menjadi pemandangan biasa penumpang angkutan air.
Yang sedikit tidak biasa adalah pemandangan lebih dekat tentang sungai yang sehari-hari menjadi lalu lintas sampah. Jangan kaget bila sepanjang perjalanan penumpang bakal menjumpai sofa atau kasur yang hanyut di sungai. Kemudian rumah kumuh di bawah jembatan yang di atasnya berdiri Jalan Sudirman lengkap dengan patung jenderal itu pun bisa terlihat.
Menuju Halimun dari Dukuh Atas terdapat saluran yang membuka jalur dari Sungai Ciliwung ke penampungan air di belakang gedung Landmark. Di situ gumpalan busa berwarna putih dari limbah rumah tangga terlihat.Tumpukan sampah plastik, kertas, daun, juga ada di atas sungai dengan warna cokelat pekat itu.
Angkutan air ini kemarin diresmkan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Untuk meresmikannya, Sutiyoso sempat menikmati fasilitas tersebut dengan menyusuri Sungai Ciliwung dari Dermaga Halimun sampai Karet dan balik lagi ke Halimun. Perjalanan Sutiyoso dari Halimun ke Karet terbilang mulus. Saat kembali lagi ke Halimun, kapal yang dinaikinya terhambat sampah. Baling-baling Kapal Kerapu VI tersangkut sampah. Kapal pun berhenti dan anak buah kapal kemudian mengangkat baling-baling dan menyisihkan sampah yang menyangkut.
Saat peresmian kemarin memang tidak tercium bau tak sedap. Namun, biasanya pengguna bus yang melewati Jembatan Kuningan di atas sungai itu harus menutup hidungnya menghindari sengatan bau sampah. Penumpang angkutan air yang murah meriah ini memang harus memaklumi bila perjalanan wisatanya terhambat sampah dan bau. Ketidaknyamanan penumpang angkutan air tampaknya tidak berhenti di situ. Meski dermaga terletak di titik strategis, Dinas Perhubungan tidak menyediakan tempat parkir bagi kendaraan pribadi milik calon penumpang.
Kendati begitu, faktor keamanan dalam angkutan air tersebut terlihat sangat diperhatikan. Setiap kapal hanya boleh mengangkut 28 penumpang plus seorang nakhoda dan dua anak buah kapal. Nakhoda kapal tidak diperbolehkan mengangkut penumpang ke-29. Selain itu, di bawah setiap jok diletakkan pelampung berwarna orange cerah.
Sutiyoso mengatakan bahwa angkutan pariwisata air merupakan cikal bakal dimanfaatkannya sungai sebagai alternatif transportasi di Jakarta. ''Angkutan ini merupakan bagian dari pola transportasi makro selain mass rapid transit, monorel, dan busway,'' ujar dia. Tujuan utama digagasnya angkutan air adalah upaya menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai. Angkutan air, menurut dia, tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat.
Setiap tahun sekitar Rp 33 miliar digelontorkan dari APBD untuk membersihkan seluruh sungai di Jakarta. Dalam keadaan normal atau kemarau, rata-rata 40 meter kubik sampah per hari diangkut dari Manggarai sampai ke hilir Sungai Ciliwung di Muara Angke. Tetapi, apabila Jakarta diterjang banjir, volume sampah meningkat drastis hingga ratusan meter kubik per hari. Sementara panjang Banjir Kanal Barat dari Manggarai hingga Angke adalah 17 kilometer.
Apabila saat ini angkutan air ditujukan sebagai wahana wisata, ke depannya tidak tertutup kemungkinan menjadi angkutan air sebagai transportasi massal. Setelah merampungkan rute Karet hingga Halimun, dalam waktu dekat Pemprov DKI akan memulai pembangunan infrastruktur untuk melanjutkan perjalanan angkutan air menjadi sepanjang 3,6 kilometer sampai Manggarai.
Menyusuri Sungai Ciliwung tentunya tidak bisa dibandingkan dengan menyusuri Sungai Kapuas di Kalimantan Atau Sungai Chao Praya di Thailand. Pemandangan, aroma, dan warna airnya sudah pasti berbeda. Tapi, angkutan air di Jakarta yang memaparkan kondisi sungai dan bantaran sungai diharapkan memberi manfaat bagi penyadaran masyarakat Jakarta untuk senantiasa menjaga kebersihan sungai. (ind )
Thursday, June 07, 2007
'Wah, Ada Kasur Hanyut di Waterway'
Posted by RaharjoSugengUtomo at 8:46 AM
Labels: HeadlineNews: Republika
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment