Wednesday, June 20, 2007

Lapindo Tolak Temui Warga

KOMPAS - Rabu, 20 Juni 2007

SIDOARJO, KOMPAS - Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo kesulitan memanggil manajemen Lapindo Brantas Inc untuk dipertemukan dengan warga korban lumpur dari Jatirejo dan 70 pedagang di Jalan Raya Jenggolo, Jatirejo, Porong, Sidoarjo.
Kepala BP BPLS Sunarso, Selasa (19/6), mengatakan, pihaknya sudah menghubungi Lapindo untuk dipertemukan dengan warga, tetapi Lapindo menolak. "Enggak tahu kenapa Lapindo tidak mau ketemu warga," kata Sunarso saat ditanya alasan Lapindo.
Kepala Humas BP BPLS Ahmad Zulkarnain, yang berupaya menghubungi pihak Lapindo agar bertemu dengan warga, mendapat jawaban bahwa Lapindo tak mau berhadap-hadapan dengan warga karena takut ditekan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pertemuan ini menjadi syarat dari warga sebelum semburan air bercampur pasir—terjadi di bekas rumah makan milik Herman di Jalan Raya Jenggolo—ditanggulangi oleh BP BPLS. Dalam pertemuan ini warga akan menagih ganti rugi yang dijanjikan Lapindo.
Penolakan Lapindo itu membuat BP BPLS sulit menanggulangi semburan air yang semakin tinggi. Genangan air yang diakibatkan semburan terus meluas. Kemarin, semburan air mencapai ketinggian rata-rata 2 meter, bahkan bisa mencapai 6 meter. Adapun genangan air mulai masuk ke badan Jalan Raya Jenggolo yang merupakan jalur utama dari Surabaya ke daerah timur/selatan Jawa Timur.
Salah satu perwakilan warga dan pedagang, Ali Usman, mengatakan, sebelum ada pertemuan dengan Lapindo, pihaknya akan tetap menolak segala upaya menanggulangi semburan. "Kami masih menunggu itikad baik dari Lapindo," ujarnya.
Vice President Administration and Human Resources Lapindo Brantas Inc Yuniwati Teryana mengatakan, Lapindo selalu membuka diri untuk membicarakan masalah yang dihadapi korban lumpur, tetapi keberadaan BPLS sebagai lembaga yang berwenang menangani lumpur mesti ada di depan.
Prinsip Bernoulli dicoba
Meski menolak segala upaya menanggulangi semburan air dan gas, warga tetap memberikan kesempatan kepada tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk bereksperimen di titik semburan itu.
Tim yang diprakarsai oleh alumnus teknik mesin ITS, Djaja Laksana, ini mencoba menggunakan Prinsip Bernoulli guna mematikan semburan. Intinya adalah semburan air dihentikan menggunakan tekanan semburan itu sendiri atau counter pressure.
Dari pengukuran awal diketahui tekanan semburan adalah 1 kg/cm>sup<2>res<>res< sehingga diperlukan pipa 10 meter untuk menutup. Akan tetapi, setelah dipasang 12 meter semburan tetap saja tidak berhenti. Djaja menyatakan itu karena salah ukur tekanan. (apa)

0 comments: