Wednesday, June 20, 2007

Swasembada 2009: Revitalisasi 52 Pabrik Gula Butuh Dukungan

KOMPAS - Rabu, 20 Juni 2007

majalengka, KOMPAS - Sebanyak 52 pabrik gula di Indonesia, yang sebagian dalam kondisi memprihatinkan, saat ini membutuhkan dukungan untuk direvitalisasi. Langkah ini untuk mendukung target mewujudkan swasembada gula tahun 2009.
Wakil Presiden M Jusuf Kalla, Selasa (19/6), pada dialog dengan petani tebu, perbankan, dan unsur pemerintah di Pabrik Gula (PG) Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, berjanji mendukung modernisasi dan revitalisasi PG itu. Ia meminta instansi dan pihak terkait, termasuk perbankan, ikut berperan dalam mendukung revitalisasi itu.
Selain ke PG Jatitujuh, Wapres juga mengunjungi PG Rendeng di Kabupaten Kudus dan PG Trangkil milik PT Kebon Agung di Kabupaten Pati (Jawa Tengah). Dalam kunjungan itu, ia didampingi Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Perdagangan Marie E Pangestu, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, serta direktur sejumlah bank.
Wapres bahkan juga menargetkan revitalisasi PG itu selesai maksimal tiga tahun, sebab waktu pembuatan fisik pabrik hanya butuh waktu dua tahun. "Kalau bisa, minggu depan draf (revitalisasi) sudah diserahkan di meja saya," ujar Kalla. Ia juga menegaskan, tiga bulan lagi ingin melihat perkembangan rencana modernisasi PG itu.
Revitalisasi PG, kata Fahmi Idris, sudah direncanakan. Program itu membutuhkan setidaknya Rp 3,46 triliun untuk 52 PG. Sejumlah bank juga sepakat menggulirkan dana untuk keperluan itu.
Namun, kata Fahmi, studi kelayakan dari pengucuran dana itu tetap diperhatikan, misalnya adanya luasan kebun tebu yang mencukupi. Jika tak mempunyai dukungan kebun yang cukup, rencana revitalisasi bisa dinilai kurang fisibel. Selain itu, perlu juga diperhatikan ketersediaan tenaga kerja, lokasi, dan faktor lain.
Kesejahteraan petani
Pentingnya revitalisasi PG juga muncul dalam dialog Wapres dengan petani tebu anggota Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) di PG Rendeng. Apalagi, sejumlah PG yang dikelola PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Jateng diakui sudah uzur.
Misalnya, ujar Sulkhan (63), petani tebu asal Kudus, usia PG Rendeng yang lanjut, dibangun tahun 1840, membuat rendemen tak beranjak dari 6 persen. Ini membuat kesejahteraan petani tebu setempat tak beranjak.
Direktur Utama PTPN IX S Hartoyo mengakui, delapan PG di wilayahnya memang tua dan sudah waktunya direhabilitasi. Untuk tahap awal, PG Mojo di Kabupaten Sragen dan PG Rendeng yang akan direhabilitasi dengan dana sekitar Rp 800 miliar, termasuk untuk membiayai pembangunan instalasi pengolahan raw sugar (gula mentah) menjadi white sugar (gula putih).
PTPN IX juga berniat memperluas area kebun tebu dan area tanaman barunya. (nit/har/sup)

0 comments: