Wednesday, June 20, 2007

Satelit Amerika Berperan Besar

KORAN TEMPO - Rabu, 20 Juni 2007

Kepolisian meminta soal penembakan dimaklumi.

JAKARTA -- Keberhasilan Kepolisian RI menangkap komandan perang Jamaah Islamiyah, Abu Dujana, ternyata amat dibantu teknologi pelacakan satelit. Polisi Australia, dengan menggunakan sejumlah satelit Amerika Serikat, melacak aktivitas telepon seluler Dujana. "Mereka (polisi Australia) memiliki peran kunci dalam penangkapan," kata Kepala Desk Antiteror di Kantor Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Ansyaad Mbai.
Mbai mengatakan sejumlah perwira Polisi Federal Australia telah ditempatkan di Indonesia untuk melacak para tersangka teroris yang berkomunikasi melalui ponsel dan surat elektronik. "Polisi Australia yang berwenang mengoperasikan peralatan yang semua sistem pelacakan, termasuk satelitnya, milik Amerika," ujar Mbai. "Saya salut pada hasil kerja mereka. Mereka duduk di depan komputer, melacak nomor-nomor (yang mencurigakan), lalu memetakan semuanya, dan mengikuti pola perjalanan mereka."
Dua pekan lalu polisi memang berhasil menangkap sembilan orang tersangka teroris, termasuk Dujana dan Zarkasih, amir Jamaah Islamiyah. Penangkapan Dujana di Banyumas, Jawa Tengah, sempat memicu kritik dari Tim Pembela Muslim dan keluarga Dujana, karena dia ditembak di depan anak-anaknya. Pihak keluarga dikabarkan akan membawa hal itu ke pengadilan.
Namun, Kepala Polri Jenderal Sutanto meminta agar penembakan terhadap Abu Dujana itu dimaklumi. "Ini masalah teror yang sudah bertahun-tahun kami sidik. Tidak mudah menyidik pelakunya," katanya kemarin. "Mohon dimaklumi dan tolong jangan dikembangkan (kasus penembakan Abu Dujana)."
Permintaan pemakluman itu tidak dapat diterima berbagai pihak. Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengirim surat kepada kepolisian untuk mempertanyakan hal itu. "Teroris adalah musuh bersama, tapi harus tetap mendapat perlakuan sama di hadapan hukum. Penembakan pelaku teror di depan anak-anaknya melanggar hukum hak asasi manusia," ujar Patrialis Akbar, anggota Komisi Hukum dari Fraksi Partai Amanat Nasional.
Sementara itu, polisi telah mengabulkan keinginan Sri Murdiyati, istri Abu Dujana, bertemu dengan suaminya yang bernama asli Ainul Bahri itu. "Abu Dujana ada di Yogyakarta. Keluarganya diberangkatkan ke sana," katanya.
Walhasil, malam kemarin istri Abu Dujana dan dua anaknya, Hilma Sofia, 2 tahun, dan Muhammad Fadil Abdul Aziz, 6 bulan, berangkat melalui Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 13.45. Mereka didampingi dua pengacara, Ahmad Khalid dan Abdul Rohim.
Pertemuan berlangsung di Markas Brigade Mobil Kepolisian Daerah DI Yogyakarta. Abu Dujana mengenakan baju koko putih, celana panjang krem digulung, dan sandal jepit hijau. Kedua tangannya diborgol di depan. Dia memeluk istri dan menciumi dua anaknya. Berdasarkan surat perintah penahanan yang diterima Sri Murdiyati pada 16 Juni, Abu Dujana ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri sejak 14 Juni sampai 14 Oktober 2007.
Kemarin pengejaran tersangka teroris oleh Detasemen Antiteror Markas Besar Polri dilakukan di Kudus, Jawa Tengah. Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, dan Desa Gribig, Kecamatan Gebog menjadi sasaran pengintaian. Desa itu dicurigai karena pernah menjadi tempat bermukim kelompok tersangka teroris, seperti Abu Rusdan alias Toriquddin.
AP SUTARTO AQIDA SWAMURTI RINI KUSTIANI BANDELAN

0 comments: